Kudeta
Ala Suharto
Judul : CREEPING COUP d’ETAT Mayjen
Suharto
Pengarang :
Sukmawati Sukarno
Penerbit :
Media Pressindo
Tahun terbit :
2011
Kota terbit :
Yogyakarta
Tebal buku :
160 halaman
Sukmawati Sukarno adalah anak keempat dari Ir. Sukarno
dan Fatmawati yang lahir di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 1951. Dia adalah
salah satu orang yang selalu menemani Sukarno di akhir pemerintahan dan di
akhir hayatnya. Sekarang ini, Sukmawati sedang melanjutkan cita-cita sang ayah
dengan menjabat sebagai Ketua Umum PNI dan MARHAENISME.
Dalam buku ini,
Sukmawati menceritakan kesaksiannya atas apa yang terjadi kepada Sukarno
setelah peristiwa G30S. Pada awal bulan Oktober 1965, Sukmawati melihat
ekspresi shock dan kesedihan pada
wajah Sukarno. Wajah yang dilihatnya sebelum ia menuju rumah ibundanya di
Bandung dari Istana Merdeka. Pada bulan itu pula, terdengar berita kematian
orang-orang terdekat Sukarno akibat gerakan 30 September.
Demonstrasi KAMI dengan
trituranya, kegemparan situasi negara akibat gerakan G30S, dan desakan dari
berbagai pihak membuat Sukarno memutuskan untuk mengeluarkan SUPERSEMAR kepada
Letjen TNI Suharto pada tanggal 11 Maret 1966. Pada bulan Maret 1967
diterbitkan TAP MPRS XXXIII/MPRS/1967 dan dilantiknya Letjen Suharto menjadi
Pejabat Presiden RI oleh Ketua MPRS Jenderal A. H. Nasution. Pada bulan itu,
anak-anak Bung Karno terusir dari Istana Merdeka. Sejak saat itu pula, Sukarno
dilarang melakukan kegiatan politik.
Pada bulan Maret 1968,
Sukarno harus pindah ke rumah miliknya sendiri di Bogor, setelah Pejabat
Presiden Letjen Suharto dilantik menjadi Presiden RI ke-2 oleh ketua MPRS. Setelah
setahun, Sukarno pindah ke Wisma Yaso. Kesehatan Sukarno semakin lama semakin
memburuk. Hingga pada tanggal 21 Juni 1970, beliau menarik nafas terakhir.
Keinginan Sukarno untuk dimakamkan di rumah beliau di Bogor ditentang oleh
Presiden Suharto. Presiden Suharto telah memutuskan untuk memakamkan Sukarno di
Blitar.
Dalam buku ini, Sukmawati
menulis dengan bahasa yang mudah dimengerti, baik oleh orang awam maupun
cendikiawan. Buku ini juga dikemas dengan sampul yang menarik serta dilengkapi
dengan gambar-gambar penambah daya tarik. Sayangnya, buku ini kurang memberikan
lebih detail kejadian-kejadian yang menimpa Sukarno saat itu. Buku ini layak
dibaca sebagai bahan referensi sejarah dan pemulai atau penutup buku bacaan
lain yang terkait.
cuma ini the?
BalasHapusabisnya waktu itu lagi cepet-cepet bikin,.pikirku kan cuma buat sejarah bukan bhs. Indonesia. hehe..
BalasHapusyaahh...
Hapusya wis gpp.. ntar tak bacane
udah no'..
Hapusseep :D
Hapus